Minggu, 6 April 2025

Social Share

Politik    Sosial    Budaya    Ekonomi    Wisata    Hiburan    Sepakbola    Kuliner    Film   
Home » , , , » Kepala Staf TNI AU, Marsekal Agus Supriatna Jadi Seorang Pilot Jet Tempur TNI AU Itu Keren. Tapi Penghasilannya.......

Kepala Staf TNI AU, Marsekal Agus Supriatna Jadi Seorang Pilot Jet Tempur TNI AU Itu Keren. Tapi Penghasilannya.......

Posted by Lintas Patroli on Selasa, 10 Mei 2016

Kepala Staf TNI AU, Marsekal Agus Supriatna 
Jadi Seorang Pilot Jet Tempur TNI AU Itu Keren.
Tapi Penghasilannya.......
Di balik kerennya pilot jet tempur, hidup pas-pasan
Pesawat TNI AU. ©Puspen TNI (merdeka)



Jakarta Info Patroli - Menjadi seorang pilot jet tempur di lingkungan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) bagi sebagian orang menganggap sesuatu hal yang keren.

 Sebuah bayangan tinggi muncul, di mana hidup terjamin dan bisa tampil keren saat berbaur dengan masyarakat sipil.

Jangan sepenuhnya percaya dengan bayangan itu?

Kepala Staf TNI AU, Marsekal Agus Supriatna mengungkap kehidupan seorang pilot jet tempur yang baru saja lulus pendidikan. Meski, setelah lulus pangkatnya sudah menjadi perwira muda, yang notabene bisa menjadi pilot.

Lewat bukunya bertajuk "Dingo: Menembus Limit Angkasa", terbitan Penerbit Buku Kompas yang ditulis oleh Bambang Setiawan dan Budiawan Sidik Arifianto,

Agus Supriatna membeberkan gaji pertama yang diterima angkatannya setelah lulus Akademi Angkatan Udara (AAU). Sejak di skadron pendidikan, penghasilannya hanya sekitar Rp 189.000.

Gaji sebesar itu baru diketahui istrinya sesaat setelah melangsungkan pernikahannya. Padahal, semasa memadu kasih dia selalu mendapatkan hadiah mahal atau diajak nonton bersama keluarganya.

"Setelah menikah saya baru tahu suami saya uangnya hanya segitu. Saya langsung membayangkan masa pacaran dia harus ke Bandung, nraktir-nraktir.

 Kadang dia tanya ke saya, kamu mau apa? Lalu dia kasih," ungkap Bryan Timur Rahmawati, istri Agus dalam buku biografinya.

Meski bergaji minim, namun uang tersebut dinilai cukup untuk membiayai kehidupannya. Hanya saja Bryan harus pandai-pandai menyisihkan uang untuk diberikan kepada orangtua Agus dan sisanya membayar kreditan.

Hal yang sama juga diceritakan oleh juniornya Fachmy Adamy. Sebagai perwira pertama yang menjadi penerbang setelah lulus Sekbang dan bergabung di skadron, terutama mereka yang masih berpangkat Letnan Dua, penghasilan yang didapatkan sebesar Rp 94 ribu.

 Dia yakin angka itu masih lebih besar dibandingkan penghasilan yang didapatkan Agus di hari pertamanya sebagai pilot.

"Gaji saya dulu Rp 94 ribu. Saya tidak membayangkan zaman Pak Agus tahin 1983, pasti lebih kecil lagi," ujar Fachry.

Sebagian besar penghasilannya itu habis digunakan untuk keperluan sehari-hari. Sedangkan sisanya dipakai buat keperluan rekreasi, makan dan lain sebagainya.

Untuk menyiasati pengeluaran, terkadang mereka berangkat bersama-sama ke kota dengan menggunakan kendaraan dinas. Sedang kuncinya dipegang oleh perwira seniornya. Jika pemegang kunci akan berangkat, maka juniornya akan menghampiri dan meminta izin untuk ikut.

"Jam 7 malamnya kami sudah rapi dan berangkat empet-empetan di mobil. Mobilnya Toyota Hi-Ace dan Land Rober," kenangnya.

Meski hidup kekurangan, namun suasana kekeluargaan masih sangat terbangun.

SHARE :
CB Blogger

Posting Komentar

 
Copyright © 2015 Lintas Patroli. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Template by Creating Website and CB Blogger